PERINTAH BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA
PERINTAH BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA
Jika ditanya siapakah manusia yang
paling berjasa dalam hidup kita? Maka secara otomatis kita akan menjawab orang
tua kita. Ya, orang tua yang menjadi sebab keberadaan kita di dunia ini.
Terlebih seorang ibu yang kita tahu kasih sayangnya akan senantiasa tulus
sepanjang waktu.
Di dalam ajaran Islam, orang tua
memiliki kedudukan yang sangat istimewa, bahkan Allah subhanahu wata’ala secara
langsung menyandingkan perintah berbakti kepada kedua orang tua
setelah perintah agar meninggalkan kesyirikan kepada Allah subhanahu
wata’ala. Bahkan orang tua menjadi ladang beramal bagi anak-anaknya agar dapat
mengetuk pintu surga. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW
رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ
رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ». قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ «
مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ
لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ
“Sungguh rugi (celakalah), sungguh rugi, sungguh
rugi.” Ada yang bertanya, “Siapa, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda,
”-Sungguh rugi- seorang yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satu
keduanya telah renta , namun justru ia tidak masuk surga.”(HR. Muslim).
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada
manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat
baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari
keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan
kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya” [Al-Isra : 23].
“Dan katakanlah kepada keduanya
perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh
kasih sayang. Dan katakanlah, “Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana
keduanya menyayangiku di waktu kecil” [Al-Isra : 24]
Masih banyak lagi
ayat-ayat lain yang memerintahkan kepada kita agar berbakti kepada kedua orang
tua.
Di antara adab dan
akhlak kepada orang tua adalah sebagai berikut:
Dalil kedua ada di
atas adalah hadits Al Musawwir bin Makhramah radhiallahu’anhu mengenai
bagaimana adab para Sahabat Nabi terhadap Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam, disebutkan di dalamnya:
“jika para
sahabat berbicara dengan Rasulullah, mereka merendahkan suara mereka dan mereka
tidak memandang tajam sebagai bentuk pengagungan terhadap Rasulullah” (HR.
Al Bukhari 2731).
Syaikh Musthafa Al
‘Adawi mengatakan: “setiap adab di atas terdapat dalil yang menunjukkan bahwa
adab-adab tersebut merupakan sikap penghormatan”.
3. Tidak
mendahului mereka dalam berkata-kata
“kami pernah
bersama Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam di Jummar, kemudian Nabi bersabda:
‘Ada sebuah pohon yang ia merupakan permisalan seorang Muslim’. Ibnu Umar
berkata: ‘sebetulnya aku ingin menjawab: pohon kurma. Namun karena ia yang
paling muda di sini maka aku diam’. Lalu Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pun
memberi tahu jawabannya (kepada orang-orang): ‘ia adalah pohon kurma’” (HR.
Al Bukhari 82, Muslim 2811).
Ibnu Umar radhiallahu’anhuma melakukan
demikian karena adanya para sahabat lain yang lebih tua usianya walau bukan
orang tuanya. Maka tentu adab ini lebih layak lagi diterapkan kepada orang tua.
4. Tidak duduk di
depan orang tua sedangkan mereka berdiri
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mengaduh (karena sakit), ketika itu kami shalat
bermakmum di belakang beliau, sedangkan beliau dalam keadaan duduk, dan Abu Bakar
memperdengarkan takbirnya kepada orang-orang. Lalu beliau menoleh kepada kami,
maka beliau melihat kami shalat dalam keadaan berdiri. Lalu beliau memberi
isyarat kepada kami untuk duduk, lalu kami shalat dengan mengikuti shalatnya
dalam keadaan duduk. Ketika beliau mengucapkan salam, maka beliau bersabda,
‘kalian baru saja hampir melakukan perbuatan kaum Persia dan Romawi, mereka
berdiri di hadapan raja mereka, sedangkan mereka dalam keadaan duduk, maka
janganlah kalian melakukannya. Berimamlah dengan imam kalian. Jika dia shalat
dalam keadaan berdiri, maka shalatlah kalian dalam keadaan berdiri, dan jika
dia shalat dalam keadaan duduk, maka kalian shalatlah dalam keadaan duduk”
(HR. Muslim, no. 413).
Para ulama
mengatakan dilarangnya hal tersebut karena merupakan kebiasaan orang kafir
Persia dan Romawi. Maka hendaknya kita menyelisihi mereka.
5. Lebih
mengutamakan orang tua daripada diri sendiri atau iitsaar dalam
perkara duniawi
“Ya Allah
sesungguhnya saya memiliki orang tua yang sudah tua renta, dan saya juga
memiliki istri dan anak perempuan yang aku beri mereka makan dari mengembala
ternak. Ketika selesai menggembala, aku perahkan susu untuk mereka. Aku selalu
dahulukan orang tuaku sebelum keluargaku. Lalu suatu hari ketika panen aku
harus pergi jauh, dan aku tidak pulang kecuali sudah sangat sore, dan aku
dapati orang tuaku sudah tidur. Lalu aku perahkan untuk mereka susu sebagaimana
biasanya, lalu aku bawakan bejana berisi susu itu kepada mereka. Aku berdiri di
sisi mereka, tapi aku enggan untuk membangunkan mereka. Dan aku pun enggan
memberi susu pada anak perempuanku sebelum orang tuaku. Padahal anakku sudah
meronta-ronta di kakiku karena kelaparan. Dan demikianlah terus keadaannya
hingga terbit fajar. Ya Allah jika Engkau tahu aku melakukan hal itu demi
mengharap wajahMu, maka bukalah celah bagi kami yang kami bisa melihat langit
dari situ. Maka Allah pun membukakan sedikit celah yang membuat mereka bisa
melihat langit darinya“.
Demikianlah
urgensi berbakti kepada kedua orang tua, dan adab-adab terhadap keduanya.
Semoga kita diberikan kemampuan untuk menjalankan semua perintah Allah
subhanahu wata’ala salah satunya adalah berbakti kepada kedua orang tua.
Post a Comment