KEBANGKITAN ISLAM DENGAN KEMBALI KEPADA KEMURNIAN
KEBANGKITAN ISLAM DENGAN
KEMBALI KEPADA KEMURNIAN
Tercapainya
masyarakat Islami di atas manhaj kenabian yang kita idam-idamkan hanya bisa
dibangun oleh jiwa-jiwa yang komitmen kepada Islam yang murni. Jiwa-jiwa yang
telah memahami Islam dan bertekad dengan sangat antusias untuk menitinya secara
sempurna dan menyeluruh. Dan jiwa-jiwa seperti ini hanya bisa dibentuk oleh
suatu dakwah yang kuat dan dakwah yang mengusung manhaj kemurnian. Yang menjadi
pertanyaan adalah, “Kenapa harus dengan kemurnian?”
Berikut
ini diantara dasar-dasar yang menjadi pijakan mengapa harus meniti dan
mengusung manhaj kemurnian:
1. Para
Rosul Mendakwahkan Kemurnian
Alloh
subhanahu wata’ala berfirman (yang artinya): “(dahulu) Manusia itu adalah umat
yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Alloh mengutus para nabi,
sebagai pemberi khabar gembira dan peringatan, dan Alloh subhanahu wata’la
menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara
manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan” [QS. Al-Baqarah (2): 213].
Dalam
tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Ibnu Abbas berkata:
Antara Nuh dan Adam ‘alaihissalam ada sepuluh kurun/generasi, semua di atas
syari’at al haq (Islam yang hak), lalu mereka berikhtilaf (menyimpang) dari
Islam yang murni, maka Alloh mengutus para Nabi untuk memberi
kabar gembira dan peringatan.
Ayat
tersebut menjelaskan kepada kita bahwa orang-orang dahulu sejak zaman nabi Adam
‘alaihissalam sampai nabi Nuh ‘alaihissalam semuanya berpegang kepada syariat
Alloh yang murni.
Kemudian
terjadilah perselisihan di antara mereka, lalu Alloh mengutus para
rosul untuk mengembalikan penyimpangan umat manusia kepada kebenaran dan
kemurnian.
Rosululloh
sholallohu ‘alaihiwasallam pun hanya mengikuti dan mendakwahkan apa yang
diwahyukan Alloh subhanahu wata’ala serta tidak sekali-kali memasukkan ke dalam
Islam suatu ajaran yang berasal dari produk diri beliau sendiri. Sebagaimana
firman Alloh subhanahu wata’ala (yang artinya): “Wahai Rosul, sam-paikan apa
yang diturunkan kepadamu dari Robbmu. Dan jika tidak engkau kerjakan, maka
(berarti) engkau tidak menyampaikan risalah-Nya..” [QS. Al-Maidah [5]: 67]
Bahkan
beliau sholallohu ‘alaihiwasallam diancam oleh Alloh subhanahu wata’ala
sekiranya beliau mencemari kemurnian wahyu. Firman Alloh subhanahu wata’ala,
“Seandainya
dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami. Niscaya
benar-benar Kami genggam dia dengan sangat keras. Kemudian benar-benar Kami
potong urat tali jantungnya” [QS. al-Haqqoh (69): 44-46]
2.
Terpalingkan dari Kemurnian Pasti Akan Tersesatkan
Benar
sekali, siapa yang terpalingkan dari kemurnian Islam pasti akan tersesatkan.
Karena hanya jalan kemurnianlah yang dijamin kebenarannya dan keselamatannya.
Rosululloh
sholallohu ‘alaihiwasallam telah menghabarkan bahwa umat akan terpecah menjadi
tujuh puluh tiga golongan, dan hanya satu golongan selamat yang berada di atas
kemurnian. Yaitu mereka yang mengikuti jejak Rosululloh sholallohu
‘alaihiwasallam dan para sahabatnya dalam memahami Islam dan menerapkannya.
Merekalah yang akan selamat dari kesesatan dan bahaya siksaan di dalam neraka.
…وَسَتَفْتَرِقُ
أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً كُلُّهَا فِى النَّارِ إِلاَّ
وَاحِدَةً قَالُوْا: مَنْ هِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَنْ كَانَ عَلَى مَا
أَنَا عَلَيْهِ وَ أَصْحَابِيْ.
“…dan
ummatku akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga kelompok keagamaan.
Seluruhnya berada di api neraka, kecuali satu kelompok. Mereka (para sahabat)
bertanya: siapakah satu kelompok itu ya Rosululloh? Beliau menjawab: mereka
yang mengikuti jejakku dan jejak sahabat-sahabatku”. (HR. At Tirmidzi No: 2643,
Al Hakim dalam al-Mustadrok: 1/218 dan Al Lalikai: 1/99)
3. Tidak
Mendakwahkan Kemurnian Berarti Mendakwahkan Kesesatan
Jaminan
keselamatan dari Alloh subhanahu wata’ala adalah ketika kembali kepada jalan
kemurnian, sirotul mustaqim dan mendakwahkannya. Sebagaimana firman Alloh
subhanahu wata’ala (yang artinya): “Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam
keadaan merugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh serta
saling menasehati dengan kebenaran dan saling menasehati dengan kesabaran” [QS.
al Ashr [103]: 1-3]
Ayat
tersebut menjelaskan bahwa manusia semua tidak akan mendapatkan keselamatan,
kecuali mereka yang beriman dan beramal sesuai dengan Islam yang murni serta
berdakwah dengan kebenaran yang murni dan sabar di saat meniti dan meng-awal
kemurnian.
“Dan
bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah
dia; dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan
itu menyimpangkan kalian dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Alloh
kepada kalian agar kalian bertaqwa.” (QS. Al-An’am [6]:153)
Alasan
apapun tidak akan pernah dibenarkan ketika dakwah kemurnian harus dirubah
menjadi dakwah kepalsuan apalagi hanya untuk sekedar menjaga persatuan di atas
kebatilan!
Melepaskan
sendi-sendi Islam satu demi satu tidak akan pernah membantu dalam mencapai
masyarakat Islami dan Khilafah di atas manhaj kenabian, bahkan sebaliknya. Dan
berkumpul di atas satu manhaj kepalsuan bukanlah persatuan yang diridhoi, dia
adalah furqoh (penyimpangan/penyelewengan).
4. Tak
ada kemurnian, tak ada kemenangan
Hanya
para peniti dan pengusung kemurnianlah yang akan dimenangkan oleh Alloh
subhanahu wata’ala. Sebagaimana firman Alloh subhanahu wata’ala (yang artinya):
“Dan
Alloh telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan
mengerjakan amal-amal sholeh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka
berkuasa di bumi sebagaimana Dia jadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa.”
(QS. an-Nur [24] : 55).
Rosululloh
sholallohu ‘alaihiwasallam pernah bersabda:
لاَتَزَالُ
طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ ظاَهِرِيْنَ عَلَى اْلحَقِّ, لاَيَضُرُّهُمْ مَنْ
خَذَلَهُمْ, حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُاللهِ وَهُمْ كَذَلِكَ.
“Senantiasa
ada sekelompok ummatku yang dimenangkan atas kebenaran, tidak akan
memudlaratkan mereka orang yang menelantarkan (tidak menolong) mereka hingga
hari Kiamat sedangkan mereka tetap seperti itu.” (HR. Muslim).
Ketika
kemenangan dunia bukan berdasar atas kemurnian, maka kemenangannya hanyalah
semu belaka dan bukan kemenangan hakiki.
Pembaca
yang budiman…
Demikianlah
betapa pentingnya meniti dan menda’wahkan kemurnian. Oleh sebab itu marilah
kita besama-sama, mempelajari Islam yang murni, yang utuh, seperti yang
disampaikan Rosululloh , Islam yang tidak ada padanya bentuk penyimpangan….
Post a Comment