KEUTAMAAN SAHABAT NABI
KEUTAMAAN SAHABAT NABI
A. DEFINISI
SAHABAT
Sahabat
ialah orang yang berjumpa dengan Nabi dalam keadaan beriman
dan wafat dalam keadaan Islam. Masuk dalam definisi ini ialah orang yang
bertemu dengan Nabi baik lama atau sebentar, baik meriwayatkan
hadits dari beliau atau tidak, baik ikut berperang bersama beliau atau tidak.
Demikian juga orang yang pernah melihat beliau sekalipun tidak duduk dalam
majelis beliau, atau orang yang tidak pernah melihat beliau karena buta. Masuk
dalam definisi ini orang yang beriman lalu murtad kemudian kembali lagi ke
dalam Islam dan wafat dalam keadaan Islam seperti Asy'ats bin Qais.
Kemudian
yang tidak termasuk dari definisi sahabat ialah:
1. Orang
yang bertemu beliau dalam keadaan kafir meskipun dia masuk Islam sesudah itu
(yakni sesudah wafat beliau).
2. Orang
yang beriman kepada Nabi Isa dari ahli kitab sebelum diutus Nabi dan
setelah diutusnya Nabi dia tidak beriman kepada beliau.
3. Orang
yang beriman kepada beliau kemudian murtad dan wafat dalam keadaan murtad.
(Al-Ishabah fil Tamyizis-Shahabah I hal. 7-8)
Keluar
pula dari definisi sahabat ialah orang-orang munafik, meskipun mereka bergaul
dengan Rosululloh . Alloh dan Rosul-Nya mencela
orang-orang munafik. Dan nifaq lawan dari iman. Alloh pun
memasukkan orang munafik ke dalam golongan orang-orang yang sesat, kafir, dan
ahli neraka. (Lihat: QS. an-Nisaa: 137, 138, 141, 142, 143, 145. Juga QS. ali
Imran: 8 - 20)
B. KEAGUNGAN
SAHABAT
Para
sohabat adalah orang-orang yang telah berjuang dengan gigih bersama Rosululloh
demi untuk menegakkan Islam dan mendakwahkannya ke seluruh penjuru dunia,
hingga manusia dapat terbebas dari kegelapan jahiliyah yang selama ini
menyelimuti mereka, hingga akhirnya mereka dapat merasakan nikmat dan manisnya
iman dan Islam. Dalam diri mereka dapat kita temukan ketundukan yang mutlak
kepada Islam, pembelaan terhadap kepentingan umat, setia dan taat kepada Alloh
dan Rosul-Nya, corak serta tatanan kehidupan yang diangan-angankan oleh kaum
muslimin terlihat dengan jelas dalam bias sinar kehidupan mereka yang harus kita
ikuti, generasi robbani (terdidik) di bawah tangan pendidik yang ulung;
Rosululloh.
Banyak
sekali ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi yang menerangkan keutamaan
dan keagungan sohabat, di antaranya:
1. Mereka
adalah umat generasi terbaik. (Lihat: QS. Ali ‘Imron: 110)
2. Mereka
dan orang-orang yang mengikutinya adalah orang-orang yang adil. (Lihat: QS.
Al-Baqoroh: 143)
3. Mereka
adalah orang-orang yang mendapat keridhoan Alloh. (Lihat: QS. At-Taubah: 100)
4. Mereka
adalah orang-orang yang benar-benar beriman. (Lihat: QS. al-Anfal: 74)
5. Mereka
adalah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. (Lihat: QS. al-Hujurat: 7)
6. Mereka
adalah orang-orang yang mendapat kemenangan. (Lihat: QS. at-Taubah: 20)
7. Mereka
adalah orang-orang yang benar. (Lihat: QS. At-Taubah: 119)
8. Mereka
adalah orang-orang yang bertaqwa. (Lihat: QS. Al-Fath [48]: 26)
9. Mereka
adalah orang-orang yang menjengkelkan orang-orang kafir dan orang-orang yang
benci kepada kekafiran. (Lihat: QS. al-Fath [48]: 29)
10. Sebaik-baik
umat adalah sohabat Nabi, karena mereka menemani Nabi yang terbaik, Rosululloh
bersabda, “Sebaik-baik dari kalian (generasi) adalah genarasiku…”. HR. Bukhori
no. 3651 dan Muslim no. 2533
C. SIKAP
TERHADAP PARA SAHABAT NABI
1. Mencintai
mereka dengan kalbu yang tulus dan memuji mereka dengan lisan.
Rosululloh
bersabda tentang sohabat Anshor: “Tidak akan mencintai mereka kecuali
orang-orang yang beriman.” (HR. Bukhari: 7/113 dan Muslim: 1/85).
2. Menyayangi
mereka dan memintakan ampun untuk mereka.
Alloh
berfirman: “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirinn dan Anshor),
mereka berdoa: "Ya Robb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang
telah telah mendahului kami dengan iman.” (QS. Al-Hasyr: 10)
3. Menahan
diri dari sikap memperbincangkan kekeliruan mereka dan tidak mencela mereka.
Para sahabat adalah mujtahid, jika mereka benar maka mereka akan dapat dua
ganjaran dan akan diberi pahala atas amal shalih mereka, serta akan diampuni
dosa-dosa mereka. Adapun jika ada pada mereka kesalahan-kesalahan, sungguh
kebaikan dari Alloh telah mereka peroleh, maka se-sungguhnya Alloh akan
mengampuni dosa mereka dengan taubat mereka atau dengan perbuatan baik yang
mereka kerjakan yang dapat menghapuskan dosa-dosa mereka atau dengan yang
lainnya. Sesungguhnya mereka adalah sebaik-baik umat dan sebaik-baik masa
(generasi). Lihat: Majmu Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah jilid III hal. 406.
Rosululloh
bersabda: “Janganlah kalian mencela salah seorang di antara sohabatku.
Seandainya salah seorang di antara kalian menafkahkan emas segunung Uhud,
niscaya hal itu tidak akan mampu mencapai derajat satu mud dari mereka atau
bahkan setengahnya.” (HR. Bukhori no. 3673 dan Muslim: 4/1967), (Syarah Lum’ah
al I’tiqood: 150-151).
4. Mengikuti
sunnah mereka yang merupakan realisasi dan penerapan kepatuhan mereka kepada
Alloh.
Rosululloh
bersabda:
“Oleh
karena itu, hendaklah kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah para
khulafaur rosyidin yang mendapat petunjuk setelahku, berpegang teguhlah
kepadanya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian.” (Maa Ana ‘Alaihi wa
Ashaabi: 57)
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah berkata:
“Kaum
muslimin dalam aqidahnya membutuhkan 2 hal pokok. Salah satu dari dua hal pokok
tersebut adalah mengenal apa yang dikehendaki Alloh dan Rosul-Nya tentang
lafaz-lafaz al-Qur’an dan as-Sunnah dengan cara mengenal bahasa al-Qur’an yang
diturunkan. Serta apa yang diucapkan oleh para sohabat dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik serta seluruh ulama kaum muslimin
tentang makna lafaz-lafaz tersebut. Karena, ketika Rosululloh berdialog dengan
mereka tentang al-Qur’an dan as-Sunnah, beliau pun menerangkan kepada mereka
apa saja yang dikehendaki dari lafaz-lafaz tersebut. maka, penerangan para
sohabat tentang makna-makna al-Qur’an lebih sempurna dibandingkan hafalnya
mereka terhadap huruf-hurufnya dan mereka menyampaikannya kepada para tabi’in
dengan upaya yang lebih besar dibandingkan dengan upaya mereka menyampaikan
huruf-hurufnya.” (Majmu’ al Fatawa: 17/353).
Post a Comment