MENITI SIROTULMUSTAQIM
MENITI SIROTULMUSTAQIM
Sirotulmustaqim adalah sebuah ungkapan atau istilah yang disebut dalam
banyak ayat al-Qur’an al-Karim. Secara bahasa, sirot berarti jalan
yang mudah dilalui, sedangkan arti dari mustaqim adalah
yang lurus, serta tidak bengkok dan cacat.
Alloh subhanahu wata’ala menyebutkan sirotulmustaqim dalam
banyak ayat al-Qur’an yang merupakan
firman-Nya, dan Alloh subhanahu wata’ala pun menegaskan bahwa Dia Yang
Maha Agung lagi Perkasa berada di atas sirotulmustaqim.
﴿ إِنَّ رَبِّي
عَلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ ﴾
“...Sesungguhnya
Robbku di atas sirotulmustaqim (jalan yang lurus).” [QS. Hud (11): 56]
Alloh subhanahu wata’ala memberikan hidayah berupa sirotulmustaqim kepada Nabi-Nya, Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam.
﴿ قُلْ إِنَّنِي
هَدَانِي رَبِّي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ دِينًا قِيَمًا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ
حَنِيفًا ۚ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ ﴾
“Katakanlah: ’Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Robbku sirotulmustaqim (jalan yang lurus), (yaitu)
agama yang benar, agama Ibrohim yang
lurus, dan Ibrohim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik.” [QS.
al-An’am (6): 161]
Kemudian Alloh subhanahu wata’ala memerintahkan
hamba-hamba-Nya yang beriman agar meminta petunjuk dan pertolongan untuk dapat
meniti sirotulmustaqim,
sebagaimana disebutkan dalam surat al-Fatihah:
﴿ اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ *صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ
الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ ﴾
“Tunjukilah kami sirotulmustaqim (jalan yang lurus), (yaitu) jalan
orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka
yang dimurkai dan bukan (pula jalan)
mereka yang sesat.” [QS. al-Fatihah (1): 6-7]
Alloh subhanahu wata’ala juga memerintahkan kita untuk
mengikuti sirotulmustaqim, sebagaimana
firman-Nya:
﴿ وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا
تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ
وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴾
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah sirotulmustaqim (jalan-Ku yang lurus), maka ikutilah dia, dan janganlah kalian mengikuti
jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Demikianlah wasiat Alloh subhanahu
wata’ala kepada kalian agar kalian bertakwa.” [QS.
al-An’am (6): 153]
Para ulama telah banyak membahas dan
menjelaskan tentang makna sirotulmustaqim.
Ibnu Katsir rahimahullah menukil atsar (perkataan) para sahabat dan tabi’in ketika
menjelas-kan sirotulmustaqim.
Di antara mereka ada yang menya-takan bahwa sirotulmustaqim adalah
Islam, ada yang menyatakan sirotulmustaqim adalah al-haqq (kebenaran),
lainnya lagi berkata bahwa sirotulmustaqim adalah Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan kedua sahabatnya,
Abu Bakar dan ‘Umar radhiallahu ‘anhu.
Kemudian Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
“Semua pendapat tersebut di atas
adalah benar, bahkan saling melengkapi. Karena
setiap yang mengikuti Nabi Muhammad dan kedua sahabatnya berarti telah mengikuti kebenaran, dan barangsiapa yang mengikuti
kebenaran maka ia telah mengikuti Islam, dan barangsiapa yang mengikuti Islam berarti ia telah mengikuti
al-Qur’an, yaitu kitabulloh yang teguh dan jalan-Nya yang lurus.”
Beberapa pendapat yang dinukil dari para ulama salaf di atas menunjukkan dan membuktikan keluasan ilmu
mereka. Mereka mengetahui bahwa sirotulmustaqim berikut berbagai realisasi dan konsekuensinya adalah dengan mengikuti Islam secara kaffah (totalitas), baik
secara global maupun terperinci.
Islam kaffah adalah
kebenaran dan kebenaran
datangnya dari al-Qur’an. Dan sebaik-baik
orang yang mengamalkan dan merealisasikan apa yang terdapat dalam
al-Qur’an adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan kedua
sahabatnya. Oleh karena itu, Rosululloh shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
(( وَاقْتَدُوْا
بِالَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ ))
“Ikutilah dua orang sepeninggalku; Abu Bakar dan ‘Umar.” (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Tidak ada jalan lain untuk sampai
kepada Alloh subhanahu wata’ala kecuali dengan jalan tersebut,
bahkan semua jalan tertutup bagi seluruh hamba kecuali jalan-Nya yang telah Ia jelaskan melalui lisan para
rosul-Nya, dan yang Ia telah jadikan sebagai sarana yang dapat
menghubungkan kepada-Nya. Dan memang hanya Alloh subhanahu wata’ala sajalah
yang dapat mem-berikan petunjuk kepada sirotulmustaqim tersebut.
﴿ ... وَاللَّهُ
يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ ﴾
“...Dan Alloh selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya
kepada sirotulmustaqim (jalan yang lurus).” [QS. al-Baqoroh (2): 213]
Sirotulmustaqim berarti mengesakan Alloh subhanahu
wata’ala dalam
beribadah dan mengikuti Rosululloh, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam beribadah kepada-Nya.
Tidak menyekutukan
Alloh subhanahu wata’ala dengan sesuatupun dalam beribadah
kepada-Nya, juga tidak menyekutukan Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam dengan siapapun dalam ”pengikutan”. Memurnikan tauhidulloh dan memurnikan ittiba’ (mengikuti) Rosululloh
shallallahu ‘alaihi wasallam adalah menempuh sirotulmustaqim.
Jadi sirotulmustaqim adalah beribadah
hanya kepada Alloh subhanahu wata’ala semata, dengan tidak menyekutukan-Nya,
serta ittiba’ secara total kepada Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam, yang merupakan
realisasi dari syahadatain (dua kalimat syahadat);
bersaksi bahwa tidak ada ilah yang
berhak disembah kecuali Alloh subhanahu wata’ala dan bersaksi bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah rosul (utusan)-Nya. Keduanya, tauhid dan ittiba’ adalah dasar
dan landasan Islam yang paling utama.
Di ayat 161 surat al-An’am yang
tadi kita paparkan, Alloh subhanahu wata’ala menjelaskan bahwa sirotulmustaqim adalah
“agama yang benar, agama Ibrohim ‘alaihissalam yang
lurus.” Agama itu adalah Islam. Jadi sirotulmustaqim adalah
Islam.
Sebagai pendukung apa yang telah
dikemukakan di atas, Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:
“Ungkapan yang bersifat menyeluruh
tentang sirotul-mustaqim, bahwa ia (sirotulmustaqim) adalah jalan yang dipancangkan Alloh untuk para hamba-Nya yang dapat menghubungkan
kepada-Nya melalui lisan para rosul-Nya.
Tidak ada jalan lain untuk sampai kepada-Nya, kecuali melalui jalan tersebut,
yaitu mengesakan-Nya dalam
beribadah dan mengesakan para rosul-Nya dalam ketaatan. Dan hal ini merupakan kandungan utama
dari syahadat La Ilaha Illalloh dan syahadat
Anna Muham-madan ‘Abduhu wa
Rosuluhu.
Kesimpulannya, yaitu engkau
mencintainya dengan sepenuh hati dan meridoi-nya dengan segenap upaya, sehingga dalam hatimu tidak ada
hal lain selain dipenuhi kecintaan kepadanya, dan tidak ada sedikitpun kehendak atau upayamu kecuali untuk
menggapai keridoannya. Hal ini tiada lain
adalah al-haqq (kebenaran), yaitu dengan mengenal dan meng-amalkannya (kebenaran) serta dengan mengetahui
agama yang dibawa oleh para rosul utusan Alloh dan menja-lankannya
dengan konsekuen.”
Post a Comment