BERHARAP HANYA PADA ALLAH SEMATA
BERHARAP HANYA PADA ALLAH SEMATA
Diantara ibadah hati yang harus ada dalam diri seorang
muslim adalah rasa harap kepada Alloh subhanahu wata’ala. Ar-Roja’ (harapan)
adalah rasa ingin untuk mendapatkan pahala dan ampunan Alloh subhanahu
wata’ala, serta penantian terhadap rahmat-Nya.
Dalam hal ini merupakan sebuah kewajiban bagi seorang
muslim untuk menghadirkan rasa harap yang terus-menerus saat ia beribadah
kepada Alloh subhanahu wata’ala dengan bentuk keinginan dalam mendapatkan
pahala, juga bertaubat kepada Alloh subhanahu wata’ala saat ia melakukan
kemaksiatan dengan harapan Alloh subhanahu wata’ala akan ampuni dosa-dosa yang
ia lakukan. Alloh subhanahu wata’ala berfirman :
وَادْعُوهُ خَوْفًا
وَطَمَعًا
“Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (Tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan)”
(QS. Al-‘Araf [7]: 56)
أَمَّنْ هُوَ
قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو
رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا
يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
“(Apakah kamu wahai orang musyrik yang lebih beruntung)
ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri,
sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?
Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui?” Sesungguhnya hanya orang yang berakal sehat saja yang dapat
menerima pelajaran.”
(QS. Az-Zumar [39]: 9)
إِنَّهُمْ كَانُوا
يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبً
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu
bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa
kepada kami dengan harap dan cemas.”
(QS. Al-Anbiya` [21]: 90)
Dalam hal ini Ar-Roja’ (pengharapan) memiliki tiga bagian
utama: Yaitu rasa harapnya seseorang yang taat kepada Alloh subhanahu wata’ala
dengan harapan agar Alloh subhanahu wata’ala menerima amalnya, dan memberikan
balasan berupa kebahagiaan memasuki jannah-Nya dan selamat dari jilatan api
neraka. Rasa harap dari seseorang yang melakukan perbuatan dosa kemudian ia
bertobat dari dosanya dengan harapan agar Alloh subhanahu wata’ala memaafkan
dirinya.
Rasa harapnya seseorang yang melalaikan perkara-perkara
wajib dan perbuatan-perbuatan yang haram dan dalam kondisi terus menerus dalam
melaksanakan hal tersebut, bersamaan dengan itu ia berharap bahwa Alloh
subhanahu wata’ala akan menurunkan rahmat-Nya. Maka hal ini adalah sebuah
ta–manni (angan-angan), dan rasa harap yang dusta. Dalam hal ini Abu ‘Utsman
Al-Jaizi mengatakan: “Diantara tanda-tanda As-Sa’adah (kebahagaian) adalah
seseorang ta’at kepada Alloh subhanahu wata’ala dan ia takut bahwa amal tidak
diterima, dan diantara tanda-tanda dari Asy-Syaqowah (kesengsaraan) adalah
seseorang bermaksiat kepada Alloh subhanahu wata’ala dan ia berharap bahwa ia
akan selamat dari jilatan api neraka”
Rasa pengharapan yang ketiga ini adalah rasa pengharapan
yang tercela dan tidak boleh ada pada diri seorang muslim, rasa pengharapan ini
hanyalah muncul dari orang-orang yang bodoh terhadap hakikat Islam.
Sederhananya hal ini seperti seseorang yang menginginkan seorang anak namun ia
tidak mau menikah, maka apakah mungkin…?!. Karena Alloh subhanahu wata’ala akan
mengabulkan rasa pengharapan dari seorang muslim yang sungguh-sungguh dalam
meminta dan memohon kepada Alloh subhanahu wata’ala.
إِنَّ الَّذِينَ
آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَٰئِكَ
يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang
berhijrah dan berjihad di jalan Alloh, mereka itu mengharapkan rahmat Alloh,
dan Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al-Baqoroh [2]: 218)
Dengan ini wajib atas setiap muslim untuk beribadah
kepada Alloh subhanahu wata’ala dengan rasa cinta, takut dan pengharapan hanya
kepada-Nya. Kehilangan rasa pengharapan terhadap ampunan dan rahmat dari Alloh
subhanahu wata’ala akan melahirkan rasa takut dan putus asa terhadap rahmat
Alloh subhanahu wata’ala, sehingga seorang muslim akan berjalan di muka bumi
dalam keadaan yang mencekam. Rasa pengharapan yang benar akan memunculkan rasa
thuma`ninah (ketenangan) dalam kehidupannya dan ia akan selalu berprasangka
baik terhadap Alloh subhanahu wata’ala bahwa Alloh subhanahu wata’ala akan mengampuni
dosa-dosanya dan Alloh subhanahu wata’ala akan wafatkan ia dalam keadaan husnul
khotimah.
Allohu ‘alam
Sumber: Hasmi.org
Post a Comment